TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori belajar ini hadir dan muncul disebabkan para Ahli Psikologi belum
puas dengan penjelasan yang teori-teori yang terdahulu. Mereka berpendapat
bahwa tingkah laku seseorang selalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu
perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar
merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga
diungkapkan oleh Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Objek-objek yang di amatinya
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang
merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil
perjalanannya berupa pengalaman kepada temannya. Ketika dia menceritakan
pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat mennghadirkan
objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Teori Belajar Koqnitif menurut Jean Piaget
Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan
selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana
anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak
bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari
kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting
dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif
terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu
asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
·
Asimilasi, adalah proses
penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
·
Akomodasi, adalah proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
·
Equilibrasi, adalah proses
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.
Teori Belajar Koqnitif menurut Ausubel
Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya.[1][18] Ausubel seorang psikologist kognitif, ia mengemukakan
bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Sebagai
contoh pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika murid hanya di
suruh menghafal formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu.
Sebaliknya bisa lebih bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari
formula-formula tersebut.[2][19]
Dalam aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa belajar secara deduktif
(dari umum ke khusus). Secara umum, teori Ausubel ini dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran melalui tahap-tahap sebagai berikut :
·
Menentukan tujuan-tujuan
intruksional;
·
Mengukur kesiapan peserta
didik seperti minat, kemampuan, dan struktur kognitifnya melalui tes awal,
interview, pertanyaan, dan lain-lain;
·
Memilih materi pelajaran dan
mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci;
·
Mengidentifikasikan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi itu;
·
Menyajikan suatu pandangan
secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari;
·
Membuat rangkuman terhadap
materi yang baru saja disampaikan dengan uraian yang singkat;
·
Membelajarkan peserta didik
memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan focus
pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada;
·
Mengevaluasi proses dan hasil
bejar



0 komentar:
Posting Komentar