TINJAUAN
BUKU KECERDASAN EMOSIONAL
(EMOTIONAL
INTELLEGENCE)
Oleh : Akhirul Ariyanto (140210302064)
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : Emotional Intellegence
Pengarang : Daniel Goleman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 15 X 23 cm
BIOGRAFI
PENULIS
Daniel
Goleman, Ph.D., adalah CEO Emotional Intelligence Services di Sudbury,
Massachusetts. Selama dua belas tahun ia meliput ilmu-ilmu otak dan tingkah
laku bagi The New York Times, dan juga mangajar di Harvard (tempat ia meraih
gelar doktornya). Selain Emotional Intelligence, buku-bukunya yang sudah terbit
antara lain:
1.Vital Lies, Simple Truths The Meditative Mind
1.Vital Lies, Simple Truths The Meditative Mind
2.
The Creative Spirit, sebagai co-author
Ini adalah buku yang menggemparkan
sidang pembaca dan yang mendefinisikan ulang apa arti cerdas. Buku karangan
Daniel Goleman Penerbit Gramedia telah mendapat sambutan luar biasa dari
pembaca sehingga telah beberapa kali mengalami cetak ulang. Buku ini terdiri
atas 5 bagian 16 bab. Kelima bagian itu adalah I. Otak Emosional. II Ciri-ciri
Kecerdasan Emosional III. Penerapan Kecerdasan Emosional IV. Kesempatan Emas V.
Kecakapan Emosional.
Bab 1 berjudul “Apakah Kegunaan
Emosi?”. Homo humini lupus adalah tidak hanya berarti bahwa manusia
berpikir tetapi juga manusia juga beremosi. Semua emosi, pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Akar kata emosi adalah movere kata kerja
Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e” untuk
memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi Contoh-contoh emosi adalah amarah, ketakutan,
kebahagiaan, cinta, terkejut, jijik, rasa sedih. Kecenderungan biologis untuk
bertindak ini selanjutnya dibentuk oleh pengalaman kehidupan serta budaya.
Pikiran rasional adalah model
pemahaman yang lazimnya kita sadari: lebih menonjol kesadarannya, bijaksana,
mampu bertindak hati-hati dan merefleksi. Tetapi bersamaan dengan itu ada
sistem pemahaman yang lain: yang impulsif dan berpengaruh besar, bila
kadang-kadang tidak logis – yaitu pikiran emosional. Dikotomi emosional/rasional
kurang lebih sama dengan istilah awam antara “hati” dengan “kepala”. Biasanya
ada keseimbangan antara pikiran emosional dan pikiran rasional, emosi memberi
masukan dan informasi kepada proses pikiran rasional dan pikiran rasional
memperbaiki dan terkadang memveto masukan masukan emosi tersebut. Berat otak
manusia adalah 1,5 kg yang terdiri atas sel-sel dan cairan saraf. Bagian otak “neokorteks”
adalah bagian otak yang berpikir. Sistem “limbik” adalah bagian otak saraf emosi.
Bab2 menguraikan tentang “Anatomi
Pembajakan Emosi”. Ledakan emosi merupakan pembajakan. Pembajakan berlangsung
seketika, dan memicu reaksi neokorteks. Ciri utama pembajakan adalah begitu
saat tersebut berlalu, mereka yang mengalaminya tidak menyadari apa yang baru
saja mereka lakukan. Pembajakan adalah kudeta saraf yang berasal dari amigdala,
sebuah pusat di otak limbik. Amigdala adalah spesialis masalah-masalah emosional.
Tanpa amigdala, hidup telah kehilangan semua pemahaman tentang perasaan. Amigdala
berfunsgi sebagai semacam gudang ingatan emosional. Hidup tanpa amigdala
merupakan kehidupan tanpa makna pribadi sama sekali. Fungsi-fungsi amigdala dan
pengaruhnya pada neokorteks merupakan inti kecerdasan emosional.
Secara anatomi, sistem emosi mampu
bertindak sendiri terlepas dari neokorteks. Beberapa reaksi emosional dan
ingatan emosional dapat terbentuk tanpa partisipasi kognitif dan kesengajaan
apa pun. Hippocampus lebih berkaitan dalam perekaman dan pemaknaan pola persepsi
ketimbang reaksi emosional. Dalam ingatan, amigdala dan hippocampus bekerja bersama-sama,
masing-masing menyimpan dan memunculkan kembali informasi khusus miliknya
secara mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali informasi, amigdala menentukan
apakah informasi itu mempunyai nilai emosi tertentu.
Kekeliruan emosional didasarkan pada
mendahulukan perasaan sebelum nalar, dikenal sebagai “emosi prakognitif”.
Pembajakan emosi melibatkan dua dinamika, pemicuan amigdala dan kegagalan
respons emosional. Sambungan antara amigdala dan neokorteks merupakan medan
perang sekaligus persetujuan kerja sama yang dibuat oleh kepala dan hati, nalar
dan perasaan. Hubungan antarsirkuit ini menjelaskan mengapa emosi demikian
penting bagi nalar yang efektif baik dalam membuat keputusan-keutusan yang
bijaksana maupun sekadar dalam memungkinkan kita berpikir dengan jernih. Kita
mempunyai dua kecerdasan rasional dan emosional. Keberhasilan kita dalam
kehidupan
ditentukan oleh
keduanya, tidak hanya oleh IQ tetapi kecerdasan emosional lah yang memegang
peranan.
Bab3 menguraikan tentang “Kapan yang
Pintar itu Bodoh’. Kecerdasan akademis sedikit
saja kaitannya
dengan kehidupan emosional. Yang paling cerdas di antara kita dapat terperosok
ke dalam nafsu tak terkendali dan impuls meledak-ledak. Ciri-ciri kecerdasan emosional
adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Kecerdasan emosional
dapat sama ampuhnya dan terkadang lebih ampuh daripada IQ. IQ yang tinggi tidak
menjamin kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup, sekolah dan budaya kita
lebih menitikberatkan pada kemampuan akademis, mengabaikan kecerdasan emosional.
Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan
besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran
yang mendorong produktivitas mereka. Sehari-hari tak ada yang lebih penting
daripada kecerdasan antarpribadi. Apabila Anda tidak memilikinya, Anda akan
memilih hal-hal yang keliru mengenai siapa yang akan Anda nikahi, pekerjaan
yang akan Anda ambil, dst. Lima wilayah utama kecerdasan emosional: 1. Mengenali
diri sendiri 2. Mengelola emosi. 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang
lain. 5. Membina hubungan.
Bab 4 menjelaskan tentang “Kenali
Diri Anda”. Ajaran Socrates “Kenalilah dirimu” menunjukkan inti kecerdasan
emosional. Atau disebut juga kesadaran diri dalam artian perhatian terus
menerus terhadap keadaan batin seseorang. Kesadaran diri berarti “waspada baik
terhadap susasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati. Gaya-gaya
seseorang dalam menangani dan mengatasi emosi seseorang: sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, pasrah. Aleksitimia adalah tidak memiliki emosi atau
perasaan. Ciri-ciri klinis yang menandai penderita aleksitimia mencakup
kesulitan melukiskan perasaan-perasaan mereka sendiri atau perasaan orang lain,
dan perbendaharaan kata emosionalnya amat terbatas. Penderita aleksitimia
jarang menangis, tetapi seandainya menangis air matanya mengucur deras. Mereka
sama sekali tidak menguasai keterampilan dasar kecerdasan emosional, yaitu kesadaran
diri, mengetahui apa yang kita rasakan saat emosi bergolak dalam diri kita. Aleksitimia
disebabkan oleh putusnya hubungan antara sistem limbik dengan neokorteks. “Penanda
somatik” secara harfiah berarti suara hati adalah sejenis alarm automatis
biasanya untuk menarik perhatian ke arah bahaya potensial yang berasal dari
serangkaian tindakan tertentu.
Bab 5 menguraikan tentang “Budak
Nafsu”. Yang baik adalah emosi yang wajar, keselarasanantara perasaan dan
lingkungan. Apabila emosi terlampau ditekan, terciptalah kebosanan dan jarak,
bila emosi tak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus menerus, emosi akan
menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang
meluap-luap, gangguan emosional yang berlebihan. Penderitaan dan kebahagiaan
adalah bumbu kehidupan, tetapi keduanya harus bersifat seimbang. Dalam kalkulus
perasaan. Rasio antara emosi positif dan negatiflah yang menentukan rasa
sejahtera itu.
Desain otak menunjukkan bahwa kita
seringkali kurang atau tidak mempunyai kendali atas kapan kita dilanda
emosi juga emosi apa yang akan melanda kita. Tetapi kita dapat
mengirangira berapa lama emosi itu akan berlangsung. Amarah itu tak
pernah tanpa alasan, tetapi
jarang yang
alasannya benar. Amarah merupakan suasana hati yang paling sulit dikendalikan.
Amarahlah yang paling menggoda di antara emosi-emosi negatif. Berpikir dalam
kerangka baru yang lebih positif akan suatu situasi merupakan salah satu cara
yang paling ampuh untuk meredakan amarah. Selingan merupakan alat yang amat
hebat untuk mengubah suasana hati, dengan alasan sederhana, sulit untuk tetap
marah bila kita menikmati saat yang menyenangkan. Triknya, tentu saja adalah
mendinginkan amarah itu sampai tahap dimana seseorang bisa menikmati saat yang
menyenangkan itu terlebih dahulu. Orang dapat bangkit dari depresi dengan
kembali pada daya ilahi. Berdoa apabila Anda amat taat beragama, sangat
bermanfaat untuk segala suasana hati terutama depresi.
Bab 6 menguraikan tentang “Kecakapan
Utama”. Peran motivasi positif yaitu kemampuan memotivasi diri untuk tak
henti-hentinya berlatih secara rutin. Memulai lebih dini memberikan keuntungan
seumur hidup. Berlatih 10 000 jam akan lebih berhasil daripada 7500 jam.
Tingkat ketahanan yang dimulai pada awal hidupnya untuk mampu menempuh latihan
rutin yang berat selama bertahun-tahun. Ketekunan itu bergantung pada sifat emosional,
antusiasme serta kegigihan menghadapi tantangan.
Tidak ada keterampilan psikologis
yang lebih penting selain melawan dorongan hati. Ini
merupakan akar
segala kendali diri emosional, sebab semua emosi, sesuai dengan sifatnya, membawa
pada salah satu dorongan hati untuk bertindak. Anak-anak yang mampu menahan godaan
pada umur empat tahun merupakan remaja yang secara sosial lebih cakap, secara pribadi
lebih efektif, lebih tegas, dan lebih mampu menghadapi kekecewaan hidup. IQ
tidak dapat diubah, dan dengan demikian merupakan batas yang tak dapat diotak
atik atas kemampuan hidup seorang anak, kecakapan emosional seperti
pengendalian dorongan hati dan kepekaan dalam menyikapi situasi sosial adalah
hal yang dapat dipelajari. Suasana hati yang bahagia ketika sedang berlangsung
dapat memperkuat kemampuan untuk berpikir dengan fleksibel dan dengan lebih
kompleks, sehingga memudahkan pemecahan masalah. Harapan dirumuskan sebagai
yakin bahwa Anda mempunyai kemauan maupun cara untuk mencapai sasaran sasaran
Anda, apapun sasaran Anda itu. Dari sudut pandang kecerdasan emosional,
mempunyai harapan berarti seseorang tidak akan terjebak dalam kecemasan,
bersikap pasrah atau depresi dalam menghadapi sulitnya tantangan atau kemunduran.
Optimisme, seperti harapan, berarti memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara
umum segala sesuatu dalam kehidupan akan beres, kendati ditimpa kemunduran dan frustrasi.
Orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh seseuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil
pada masa masa mendatang, sementara orang yang pesimis menerima kegagalan
sebagai kesalahannya sendiri. Mampu mencapai flow merupakan puncak
kecerdasan emosional; flow barangkali puncak pemanfaatan emosi demi
performa dan pembelajaran. Flow merupakan pengalaman yang ketika itu
terjadi orang serasa di awang-awang; ciri khas flow adalah perasaan kebahagiaan
spontan. Konsentrasi tinggi merupakan inti flow. Menyalurkan emosi ke
arah tujuan yang produktif merupakan kecakapan utama.
Bab 7 menguraikan tentang “Akar
Empati”. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri,
semakin terbuka
kita kepada emosi diri sendiri, semakin terampil kita membaca perasaan. Emosi
jarang diungkapkan dengan katan-kata, emosi jauh sering diungkapkan melalui isyarat.
Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non verbal:
nada bicara, gerak gerik, ekspresi wajah. Bila kata-kata seseorang tidak cocok
dengan nada bicara, gerak gerik, atau saluran non verbal lainnya, kebenaran
emosional terletak pada bagaimana ia mengatakan sesuatu bukannya pada apa yang
dikatakannya. Lawan empati adalah antipati. Sikap empatik adalah terus
menerus terlibat dalam pertimbangan pertimbangan moral, sebab dilema moral melibatkan
calon korban: haruskah Anda berbohong untuk menjaga perasaan seorang sahabat?
Akar moralitas ada dalam empati, sebab berempati pada korban potensial,
misalnya seseorang yang dalam keadaan sakit, bahaya atau kemiskinan.
Bab 8 membahas tentang “Seni
Sosial”. Mampu menangani emosi orang lain, merupakan
inti seni
memelihara hubungan. Keterampilan berhubungan dengan orang lain merupakan kecakapan
sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain, tidak dimilikinya
kecakapan ini akan membawa pada ketidakcakapan dalam dunia sosial. Komponen-komponen
kecerdasan antarapribadi adalah: mengorganisir kelompok,
merundingkan
pemecahan, hubungan pribadi, analisis sosial. Orang-orang yang terampil dalam
kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup
lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka, mampu memimpin dan
mengorganisir, dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap
kegiatan manusia.
Bab 9 menjelaskan tentang
“Musuh-musuh Keintiman”. Anak lelaki dan anak perempuan
dididik dalam
pola yang berbeda dalam menangani emosi. Laki-laki bangga karena kemandirian
dan kemerdekaannya yang berpikiran ulet dan mandiri, sementara perempuan melihat
dirinya sebagai bagian dari jaringan hubungan. Laki-laki terancam bila ada
apa-apa yang dapat menantang kemandiriannya, sementara perempuan lebih terancam
oleh terputusnya hubungan yang mereka bina.
Syarat awal bahwa suatu perkawinan
berada dalam titik kritis adalah kritik tajam. Amat sering ditengah-tengah
amarah terlontar keluhan yang bersifat destruktif, berwujud serangan terhadap
karakter pasangannya. Perbedaan antara keluhan dan kritik pribadi amat
sederhana. Dalam keluhan, si isteri secara spesifik mengungkapkan apa yang
membuatnya tidak senang, dan mengkritik tindakan suaminya, bukan
pribadi suaminya, dengan menyatakan mengapa tindakan suaminya tidak
menyenangkannya. Kebiasaan mengkritik dan menghina atau mencerca adalah
tanda-tanda bahaya karena tindakan itu menunjukkan bahwa seorang suami atau
isteri telah membuat penilaian diam-diam yang semakin buruk terhadap
pasangannya. Dalam benak suami atau isteri, pasangannya adalah sasaran
penghinaan permanen. Suami biasanya mengambil sikap diam sebagai respons
terhadap isteri yang menyerangnya dengan kecaman. Kebiasaan respos bersikap
diam dapat menghancurkan kesehatan suatu hubungan, tindakan tersebut memutuskan
semua kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan.
Flooding adalah lumpuhnya sebuah
perkawinan. Flooding atau terjepit. Suami atau isteri yang terjepit menjadi
begitu emosional yang kerap terjadi oleh keburukan pasangan mereka serta
menjadi begitu terkungkung oleh keburukan pasangan mereka serta reaksi mereka sendiri
atasnya, sehingga mereka dilumpuhkan oleh perasaan kacau yang tak
terkendalikan. Suami atau isteri yang terjepit telah sampai pada tahap di mana
pasangannya dianggap sudah lenyap; kebalikannya yang tampak hanya keburukannya
sepanjang waktu, menagkap apa saja yang dilakukannya dengan sudut pandang
negatif. Flooding itu sendiri menyabot setiap usaha untuk menyelesaikan segala
permasalahan. Suami yang rela mendampingi isterinya mengatasi panasnya amarah,
bukannya meremehkan keluhan isterinya, sebagai hal sepele, akan membuat isterinya
merasa didengarkan dan dihargai. Yang paling penting, isteri ingin agar perasaannya
diakui dan dianggap sah. Sedangkan bagi isteri, berusaha secara sungguh-sungguh
untuk berhati-hati agar jangan sampai menyerang suaminya, boleh mengeluhkan perbuatan
suaminya, tetapi jangan mengkritik kepribadian mereka atau mengungkapkan
penghinaan.
Bab 10 menguraikan tentang “Manajemen
Berlandaskan Perasaan”. Kepemimpinan bukanlah berarti menguasai, melainkan seni
meyakinkan orang untuk bekerja keras menuju sasaran bersama. Kritikan pedas
telah membuat orang-orang yang terkena menjadi begitu patah semangat sehingga
tidak mau lagi mencoba bekerja lebih ulet. Kritik yang bijaksana difokuskan
pada apa yang telah dilakukan dan dapat dilakukan oleh seseorang bukannya menyudutkan
ciri karakternya. Seni menyampaikan kritik dapat terjalin dengan seni memuji: langsung
pada sasaran, tawarkan suatu solusi. Lakukan secara tatap muka dan peka. Bagi orang
yang menerima kritik dapat dianggap sebagai informasi berharga tentang
bagaimana bekerja dengan lebih baik, bukan serangan pribadi.
Bab 11 menjelaskan tentang “pikiran
dan Pengobatan”. Emsoi berpengaruh dahsyat terhadap sistem saraf autonom, yang
mengatur segala macam, mulai dari jumlah insulin yang dikeluarkan tubuh sampai
tingginya tingkat tekanan darah. Jalur penting lain yang menghubungkan emosi
dengan sistem kekebalan adalah melalui pengaruh hormon yangdilepaskan apabila
mengalami stress. Orang yang mengalami kecemasan kronis, mengalami
periode
kesedihan dan pesimisme yang berkepanjangan, ketegangan yang tidak kunjung mereda
atau permusuhan yang tak henti-hentinya, sinisme atau kecurigaan yang tak
putusputusnya, ternyata beresiko dua kali lipat terserang penyakit.
Stres emosional kronis dalam
berbagai bentuknya itu bersifat racun, maka rangkaian emosi lawannya dapat
bersifat penguat. Pesimisme membawa kerugian medis dan ada manfaat medis dari
optimisme. Dua implikasi besar penemuan penemuan ilmiah kecerdasan emosi yang
harus diperhatikan: 1. Membantu orang-orang untuk pandai mengelola
perasaanperasaan yang tidak menyenangkan – amarah, kecemasan, depresi,
pesimisme, dan kesepian – sebagai suatu bentuk pencegahan penyakit. 2. Banyak pasien
memperoleh manfaat besar apabila kebutuhan psikologisnya terpenuhi seiring dengan
terpenuhi kebutuhan murni medisnya.
Bab 12 menguraikan tentang “Wadah
Penggodokan Keluarga”. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama kita untu
mempelajari emosi. Cara orangtua memperlakukan anak-anaknya-entah dengan
disiplin yang keras atau pemahaman yang empatik, berakibat mendalam dan
permanen bagi kehidupan emosional si anak. Mempunyai orangtua yang cerdas secara
emosional itu sendiri merupakan keuntungan yang besar sekali bagi seorang anak.
Tiga gaya mendidik anak yang secara emosional pada umumnya tidak efisien
adalah: sama sekali mengabaikan perasaan. Terlalu membebaskan. Menghina tidak
menunjukkan penghargaan terhadap perasaan anak. Orang tua yang terampil secara
emosional, dapat sangat membantu anak dengan memberi dasar keterampilan
emosional berikut ini: belajar bagaimana mengenali, mengelola, dan memanfaatkan
perasaan perasaan, berempati, dan menangani perasaan perasaan yang muncul dalam
hubungan mereka.
Orang tua yang terampil secara
emosional memiliki anak-anak yang pergaulannya lebih baik dan memperlihatkan
lebih banyak kasih sayang kepada orangtuanya, serta lebih sedikit bentrok
dengan orangtuanya. Selain itu, anak-anak ini juga lebih pintar menangani emosinya,
lebih efektif menenangkan diri saat marah, dan tidak sering marah. Tujuh unsur
utama yang sangat penting berkaitan dengan kecerdasan emosional: 1. Keyakinan.
2. Rasa ingin tahu. 3. Niat. 4. Kendali diri. 5. Keterkaitan. 6. Kecakapan berkomunikasi.
7. Koperatif. Tiga atau empat tahun pertama dalam hidup merupakan periode di
mana otak anak tersebut tumbuh hingga kurang lebih dua pertiga ukuran normal usia
dewasa. Masa kanak-kanak merupakan saat istimewa yang paling tepat bagi
pelajaranpelajaran emosi. Trauma dapat meninggalkan jejak-jejak abadi di otak.
Bab 13 menguraikan tentang “Trauma
dan Pembelajaran-Ulang Emosi”. Gejala utama gangguan stress pascatrauma atau
PTSD (post traumatic stress disorder). Trauma-trauma parah seperti
trauma PTSD dapat disembuhkan, dan bahwa jalan menuju penyembuhan semacam itu
adalah melalui belajar ulang. Pelajaran-pelajaran emosi, bahkan
kebiasaankebiasaan kanak kanak, dapat dibentuk kembali. Pelajaran emosi berlaku
seumur hidup.
Bab 14 menjelaskan tentang
“Temperamen Bukanlah Suratan Takdir”. Temperamen dapat dirumuskan sebagai
suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita: Hingga tahap
tertentu kita
masing-masing mempunyai kisaran emosi sendiri-sendiri; temperamen merupakan
bawaan sejak lahir, bagian dari undian genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam
bentang kehidupan ini. Temperamen bukanlah suratan takdir. Amigdala yang
terlalu mudah tergugah dapat dijinakkan dengan pengalaman-pengalaman yang
tepat. Otak tetap dapat dibentuk sepanjang hidup, meskipun tidak sampai sejauh
seperti yang terlihat dalam masa kanak-kanak.
Bab 15 menguraikan tentang “Kerugian
Buta Emosi”. Ada kecenderungan menurunnya tingkat keterampilan emosional anak-anak.
Rata-rata, anak-anak semakin parah dalam masalah spesifik berikut: menarik diri
dari pergaulan masalah sosial, cemas dan depresi, memiliki masalah dalam hal
perhatian atau berpikir, nakal atau agresif. Keterampilan emosional mencakup
kesadaran diri, mengindentifikasi, mengungkapkan dan mengelola perasaan,
mengendalikan dorongan hati dan menunda pemuasan, serta menangani stress dan
kecemasan. Sebuah kemampuan penting untuk mengendalikan dorongan hati adalah
mengetahui perbedaan antara perasaan dengan tindakan, dan belajar membuat keputusan
emosional yang lebih baik dengan terlebih dahulu mengendalikan dorongan untuk bertindak,
kemudian mengindentifikasikan tindakan alternatif serta konsekuensinya sebelum bertindak.
Banyak keterampilan yang merupakan keterampilan antarapribadi: membaca isyarat
emosional dan sosial, mendengarkan, mampu menahan pengaruh buruk, menerima sudut
pandang orang lain, dan memahami tingkah laku mana yang dapat diterima dalam situasi
tertentu.
Bab terakhir bab 16 menjelaskan tentang
“Pendidikan Emosi”. Program keterampilan emosi memperbaiki nilai akademis dan
nilai kinerja sekolah anak. Kemampuan emosional memperhebat kemampuan sekolah
untuk mengajar. Program ini dapat membantu melawan gelombang kemerosotan
pendidikan dan dapat mendukung sekolah mencapai tujuan utamanya. Buku Daniel
Goleman Kecerdasan Emosional adalah buku yang sangat bagus bagi mereka yang
mempelajari Psikologi Kepribadian tingkat lanjut. Buku ini berisi banyak
penelitianpenelitian di klinik psikologi, sehingga data-data yang diajukan
cukup akurat karena memakai sampel pasien yang representatif di Amerika Serikat.
Buku ini bukanlah buku teks psikologi, tetapi berisi pengalaman-pengalaman
empiris yang kemudian dibahas sebagai bahan-bahan untuk menelaah kecerdasan
emosional. Untuk menambah wawasan dan sebagai buku teks dasar buku ini sangat
dianjurkan untuk dibaca oleh sidang pembaca. Hanya saja, situasi dan kondisi
pengalaman empiris psikologis di Amerika Serikat tempat Daniel Goleman
melakukan penelitian dengan praktek-praktek nyata di Indonesia adalah sangat
jauh berbeda. Oleh karena itu pembaca peru menyimak perbedaan latar belakang
psikologis masyarakat antara orang Barat dengan orang Timur. Hanya dengan cara
demikian, maka kecerdasan emosional bagi kita orang Indonesia akan sangat
bermakna.



0 komentar:
Posting Komentar